Kamis, 21 Mei 2009

Sains Mimpi

PSIKOANALISIS FREUD

BAB I

PENDAHULUAN

Freud, seperti halnya Karl Marx dan Einstein adalah arsitek dunia modern. Dunia modern kita kini terbentuk lewat gagasan-gagasan mereka, baik melalui reaksi menolak atau menerimanya. Ketiganya memiliki keyakinan yang besar tentang tatanan fundamental dari realitas, yang dalam konteks ini merupakan suatu sikap dasar yang mampu melihat cara kerja alam, dimana manusia merupakan bagian didalamnya, untuk membongkar rahasia-rahasia yang perlu ditemukan dan mempelajari pola serta desainnya. Dengan demikian, karya-karya mereka, dalam cara masing-masing, bisa ikut membentuk elemen-elemen tertinggi seni pengetahuan untuk memahami manusia, yang juga meliputi kebutuhannya untuk mengetahui sesuatu.

Untuk saat ini kita akan berbicara tentang Freud, dan untuk itu kita akan kembali pada konsep tentang sifat manusia dalam pemikirannya. Dan bagi mereka yang sudah mengenal Freud, tidak perlu dijelaskan lagi bahwa kuliah-kuliah awal Freud tentang psikoanalisis merupakan konsep-konsep dasar pemikirannya. Pokok pemikiran Freud dalam penelitian itu adalah human qua human (manusia sebagai manusia), atau seperti yang dikatakan filsuf Baruch Spinoza, lewat karya-karya awalnya ini, Freud menyusun sebuah model sifat manusia untuk memahami manusia. (Fromm: -)

Dengan demikian, makalah yang akan disajikan oleh penyusun akan lebih ditekankan pada hal-hal fundamental mengenai kuliah-kuliah awal yang dilakukan Freud, dengan penjelasan lebih mendalam mengenai dinamika konkret dan analisis masalah yang mendalam. Dalam sajian makalah ini, akan lebih praktis dengan memanfaatkan daya pikir rasional dan empiris deduktif. Karena pada dasarnya Freud dalam penelitiannya, menggunakan contoh-contoh dan koherensi tiap contoh sehingga menjadi sebuah teori. Ia menganalisis bahan mentahnya dengan metode konsistensi internal (internal concistency). Kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari salah satu bagian bahan dicek dengan evidensi yang muncul pada bagian-bagian lain, sehingga kesimpulan-kesimpulan terakhir yang ditarik dari sebuah kasus didasarkan pada sejenis jaringan fakta dan kesimpulan-kesimpulan yang saling berkaitan. (Calvin S Hall & Gardner Lindzey: 1978).

Psikoanalisis sebenarnya berbeda dengan yang lainnya. Perbedaan ini seringkali begitu mendasar, bahkan bisa disebut berlawanan. Kepada pasien lain, biasanya meminimalisasi kesulitan-kesulitan yang menyertainya dan mengoptimalkan keberhasilan yang dicapai. Namun, saat melakukan perawatan terhadap pasien psikoneurotik dilakukan yang sebaliknya, yaitu menjelaskan kepadanya kesulitan-kesulitan metode tersebut, jangka waktunya yang terlalu lama untuk pemulihan, pemeriksaan dan pengorbanan yang harus dia lewati beserta akibatnya. Singkatnya, Psikoanalis tidak bisa menjanjikan apapun pada pasiennya. Selain itu, keberhasilan yang akan dicapai lebih bergantung pada usahanya sendiri, saling pengertian, dan pola-pola adaptasi yang terus-menerus dilakukannya. (Freud: -). Dengan dilatarbelakangi oleh hal tersebut, penyusun merasa tertarik untuk memaparkan secara lebih mendetail mengenai fenomena-fenomena yang terjadi, yang kemudian dijadikan sebagai landasan teori oleh Freud, yang kemudian menjadi dasar mengapa seseorang bisa mengalami psikopatologi dan bagaimana terapi yang ia gunakan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manusia, Dinamika Kepribadian, dan Psikoanalisis.

Pada pembahasan sub-bab ini, akan dipaparkan mengenai teori-teori dasar yang sudah sangat sering dibahas dan didiskusikan oleh para akedemika Psikologi, yang benar-benar sudah lazim dibahas.

2.2 Psikologi Kesalahan

Kita seringkali membuat kesalahan, misalnya ketika kita ingin mengatakan sesuatu tetapi justru memakai kata-kata yang salah atau yang dalam ungkapan sehari-hari kita sebut sebagai gejala keseleo lidah (slip of the tongue). Atau, kalau dalam penulisan kita sebut sebagai salah tulis (slip of the pen). Dalam kasus seperti ini seseorang bisa melakukannya, baik secara sadar atau tidak; seperti ketika kita membaca tulisan dengan penafsiran yang berbeda dengan yang dimaksudkan sesungguhnya atau salah baca (misreading) atau ketika seseorang salah mendengar (mishears) sesuatu yang dikatakan orang padanya, padahal tidak ada yang salah pada pancainderanya. Kita juga bisa melihat fenomena lain seperti melupakan sesuatu, meski itu hanya terjadi sekejap saja dan mengingat kembali beberapa saat kemudia, misalnya kita melupakan nama seseorang, padahal kita mengenal baik orang tersebut, namun kemudian segera bisa mengingatnya kembali ketika kita melihat orang tersebut. Contoh lain, ketika kita lupa untuk membawa sesuatu namun kita ingat sesuatu yang kita lupakan tadi. Jadi, semuanya hanya terlupakan sementara waktu. Faktor sementara itu dalam pembahasan selanjutnya tidak lagi banyak ditemukan, misalnya lupa meletakkan sesuatu. Jenis lupa seperti ini bisa kita bedakan dari lupa yang biasanya dilakukan seseorang yang akan menjadi gangguan, dan tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang menunjuk pada faktor lain.

Masalah-masalah yang dikemukakan diatas hampir semuanya mengacu pada hal-hal remeh, cuma sementara waktu dan tidak memiliki arti penting dalam kehidupan. Sangat jarang tindakan tersebut, misalnya kehilangan suatu barang, akan memiliki arti penting dalam praktiknya. Karena alasan-alasan itulah, masalah kecil seperti ini tidak banyak mendapat perhatian.

Salah satunya ialah keseleo lidah yang merupakan fenomena yang sangat umum terjadi. Seseorang dengan kemampuan bicara yang normal dapat mengalami keseleo lidah, bila dalam beberapa kondisi, diantaranya:

1. bila lelah dan kesehatannya terganggu.

2. bila terlalu bersemangat menanggapi sesuatu

3. ketika konsentrasinya terganggu.

Salah satu kasus yang sudah dikenal yang menggambarkan secara baik tentang terganggu konsentrasinya adalah seorang profesor dalam kisah Fliegende Blatter yang lupa membawa payungnya dan mengenakan topi yang salah karena terlalu sibuk memikirkan tema buku barunya.

Kita mungkin berpikir bahwa penjelasan diatas sangat komprehensif dan sulit untuk dibantah. Tetapi, bisa jadi penjelasan tersebut tidak semenarik yang diharapkan. Kondisi-kondisi di atas adalah penyebab terjadinya fenomena yang tidak semuanya sama. Kelelahan, kegembiraan berlebihan, dan kebingungan adalah kondisi-kondisi yang bisa digolongkan sebagai faktor psikofisiologis. Semua kondisi diatas dapat dirumuskan menjadi sebuah teori. Kelelahan, kegembiraan berlebihan, dan kebingungan menyebabkan kehilangan perhatian dan konsentrasi yang diperlukan untuk bertindak. Semua itu menyebabkan mudah melakukan kesalahan dalam bertindak atau berbicara.

Namun seringkali kitapun membuat kesalahan tersebut tanpa dalam keadaan lelah, gembira berlebih atau bingung, tetapi juga terjadi pada orang yang biasa-biasa saja. kita tidak dapat memastikan perhatian penuh akan menghasilkan tindakan tanpa kesalahan atau perhatian yang kurang akan menghasilkan kesalahan. Misalnya seseorang yang sedang berjalan, ia tidak terlalu membutuhkan konsentrasi yang penuh terhadap pergerakan kakinya, arah tujuannya, tetapi dapat sampai tujuan tanpa tersesat. Seorang pemain piano profesional akan memainkan nada-nada tanpa harus memikirkannya terlebih dahulu. Justru sebaliknya yang terjadi, karena banyak tindakan yang berhasil dengan baik secara otomatis, tanpa memusatkan perhatian dan kesalahan justru terjadi ketika seseorang sangat mengiginkan keakuratan, jadi gangguan konsentrasi tidak selalu menjadi penyebab terjadinya kesalahan.

Di samping itu, banyak segi yang berhubungan dengan kesalahan-kesalahan yang tidak bisa dipahami dengan penjelasan-penjelasan tadi. Ketika seseorang melupakan nama orang yang sangat dikenalnya, semakin keras untuk mengingat maka semakin sulit. Terdapat kasus juga seseorang yang melakukan kesalahan-kesalahan berlipat, berhubungan dengan satu sama lain atau saling menunjang. Pertama, seseorang lupa akan janjinya, setelah ia mencari jalan keluar agar tidak lupa, ia salah menuliskan jam atau harinya. Kesalahan cetak juga sering terjadi berulang-ulang. Misalnya kesalahan berulang dilakukan oleh koran harian Republic Democratic yang melaporkan sebuah pesta dengan menulisnya sebagai berikut: “diantara para tamu sekalian juga hadir yang mulia pangeran badut (Clown Prince).” Koreksi dilakukan keesokan harinya dan menulis “kalimat yang benar ialah Pangeran Gagak (Crow Prince). Hal-hal ini tidak dapat dijelaskan dengan teori psikofisiologi

Terdapat dua ahli, Meringer dan Mayer (ahli bahasa & syaraf) pada 1895 yang berusaha melakukan penelitian pada masalah keseleo lidah. Mereka membedakan gangguan-gangguan yang terjadi pada keseleo lidah, yaitu pertukaran (dalam posisi kata-kata, suku kata atau huruf, antisipasi, konsistensi, kontaminasi, dan substitusi).

Seseorang mengatakan “the milo of venus”, bukannya “the venus of milo” adalah salah satu contohnya. Salah kata yang cukup dikenal ialah ketika ia mengetuk pintu kamar seorang pendeta, dan dengan gugup ia menjawab pertanyaan “siapa itu?” “Tuan, anakku”. (“The lord my boy”, padahal seharusnya ia berkata “The boy, my lord” merupakan contoh lain pertukaran posisi kata-kata.). Contoh lain ialah ketika seorang anggota majelis di Inggris membuat kesalahan dengan membuka pidatonya dengan “Honourable Member for Central Hell” bukannya “honourable member for central hull”.

Tetapi penjelasan yang dikemukakan oleh mereka belum memadai. Mereka menyatakan bahwa byunyi dan suku kata sebuah kata mempunyai perbedaan intonasi suara yang lebih tinggi bisa mempengaruhi yang rendah, dan alasan tersebut diambil dari kasus yang jarang terjadi.

Salah ucap yang paling umum dan yang paling mudah dikenali adalah mengatakan lawan kata dari kata yang dimaksudkan. Kasus ini tidak sama dengan kesalahan karena adanya hubungan antara persamaan suara dengan kebingungan mengucapkannya. Pengucapan tersebut lebih memiliki hubungan konseptual yang lebih erat, yang bersifat psikologis.

Misalnya, kesalahan yang dilakukan oleh seorang ketua parlemen di Eropa yang ketika membuka sidang dengan mengatakan “Saudara-saudara, saya menyatakan sidang sudah memenuhi kuorum dan oleh karena itu sidang saya nyatakan ditutup.” Dalam kasus ini, hubungan kata juga harus diperhatikan selain persamaan kaata dan bunyi.

Kita harus mengakui bahwa pada beberapa contoh, kesalahan yang terjadi tetap masuk akal. Artinya hasil kesalahan itu dianggap sebagai proses mental yang valid yang mengikuti tujuan sebenarnya dan merupakan ekspresi yang mempunyai arti dan makna. Misalnya ketika ketua membuka sidang dengan menutupnya, dalam kondisi tertentu selahan pengucapan mempunyai makna tersendiri yang bisa kita lihat. Dia tidak berharap banyak tentang hasil sidangnya dan ingin cepat-cepat menutupnya. Ketika seorang perempuan bangsawan bermaksud memuji orang lain, dia berkata “saya yakin anda pasti telah melilit topi indah itu.” Bukannya “menjahit topi itu,” itu dapat diinterpretasikan bahwa perkataan perempuan itu mengandung maksud bahwa topi itu dibuat oleh seorang amatir, atau seorang perempuan yang keras hati mengatakan “suami saya bertanya pada dokternya, jenis makanan seperti apa yang bisa diberikan padanya. Namun dokter itu menjawab bahwa sang suami tidak memerlukan makanan khusus, dia bisa makan dan minum apa saja yang saya bawa,” kesalahan ucap itu jelas bukan yang biasa, tetapi sesuatu yang disengaja.

Kesalahan mempunyai maknanya sendiri, dan bisa dijabarkan dalam skala yang lebih luas. Maka makna merupakan suatu proses mental. Tadi dicontohkan kesalahan dalam kategori pengucapan lawan kata dari kata yang sebenarnya. Sementara dalam kasus lain, kesalahan bisa menambah makna kedua dari makna yang dimaksudkan semula. Kalimat itu menjadi berbunyi sebuah padatan, peningkatan dan pemendekan beberapa kalimat dalam satu kalimat. Seorang perempuan yang mengatakan “dia boleh makan dan minum apapun yang saya pilihkan.” Seolah-olah ia berkata “dia bisa makan dan minum apa yang dia pilih, namun apakah pilihannya bagus? Tugas memilih adalah tugas saya”. Keseleo lidah bisa memberi kesan peningkatan, misalnya ketika seorang profesor anatomi pada akhir kuliahnya mengenai rongga hidung bertanya apakah semua mahasiswanya sudah memahami seluruh penjelasannya. Namun setelah mendapat jawaban, dia berkata: “saya hampir tidak bisa memercayainya, karena orang yang bisa memahami rongga hidung secara keseluruhan bisa dihitung dengan jari, padahal kota ini berpenduduk jutaan orang,dihitung dengan satu jari… maksud saya, dengan jari-jari dalam sarung tangan. Jadi jelas, kata yang tersebut memiliki makna khusus, hanya ada satu orang yang memahami kuliah itu.

Ketika seseorang pemilik kuda pacuan ditanya apa untungnya ikut bisnis pacuan, ia mengatakan “o, it may stad… it may take another month.” Ketika ditanya apa sebenarnya yang ia maksud, ia menjelaskan sesungguhnya bisnis pacuan ialah “ a sad business”, kata “sad” dan “take” saling tindih dan menghasilkan stad.

Lewat contoh tersebut bisa dilihat adanya saling mempengaruhi antara dua fokus perhatian yang berbeda dalam suatu pembicaraan. Kasus saling mempengaruhi ini bisa dibedakan dalam dua jenis, yaitu:

  1. salah satu kata lebur dalam fokus perhatian yang lain dan yang terucap adalah lawan kata dari yang dimaksud.
  2. Salah satu pusat perhatian menggangu atau memodifikasi fokus perhatian lain sehingga memunculkan kata atau istilah baru yang merupakan kombinasi kedua kata tersebut.

Dalam kasus kesalahan nama, kita tidak bisa langsung menyimpulkan penyebabnya adalah dua hal yang sama namun berbeda nama sehingga perhatian kita terpecah. Kesalahan-kesalahan nama biasanya bukan bagian dari keseleo lidah. Kesalahan-kesalahan seperti itu merupakan usaha menyamakan nama tersebut dengan sesuatu yang bersifat menghina atau merendahkan, atau sebuah bentuk makian, sesuatu yang selalu dihindari tetapi tidak ditinggalkan sama sekali. Contoh yang terkenal adalah penyebutan presiden Prancis saat itu, Poincare yang sering disebut Poinscare. Kita bisa mengasumsikan bahwa maksud untuk menghina bisa juga melatarbelakangi kesalahan-kesalahan nama yang dihasilkan oleh keseleo lidah. Dalam kasus anggota parlemen yang menyebut dirinya sebagai “anggota dewan yang terhormat di neraka,” suasana tenang dalam parlemen menjadi gaduh karena terganggu. Penggunaan kata yang tidak terpuji namun menggelikan seperti ini membuat kita menyimpulkan analogi ekspresi ofensif dan menghina sebagai berikut: jangan anda masukkan ke dalam hati, saya tidak bermaksud seperti itu. Persetan dengan anggota dewan.”

Untuk menginterpretasi, harus melewati situasi mental dari tempat kesalahan-kesalahan berasal, dan pengetahuan kita tentang orang yang melakukan kesalahan dan perasaan yang berperan aktif dalam dirinya ketika ketika kesalahan itu terjadi, kita akan menemukan makna kesalahan dalam prinsip-prinsip umum. Jadi, untuk memulainya hanya dibutuhkan solusi dugaan sementara, bukti akan ditemukan kemudian lewat penelitian situasi mental. Contohnya, dalam sebuah pertemuan klub, seorang anggota muda berkata tak senonoh dalam pidatonya, dengan menyebut para pejabat publik sebagai “lenders of the Committee” yang tampak sebagai kata pengganti untuk “members of Committee”. Kita bisa menduga bahwa perkataan itu adalah kecenderungan pengganggu, yang aktif dan sesungguhnya berhubungan dengan pikiran tentang “lending” (meminjam). Jadi sebenarnya orang tersebut memberitahu kalau ia sedang menghadapi masalah keuangan, dan mendadak mengatakan keinginannya untuk mendapatkan uang saat itu juga. Jadi kecenderungan untuk terganggu benar-benar dikeluarkan dalam pikiran “jadilah bersahabat dengan mereka, karena mereka inilah orang-orang yang akan meminjamimu uang.”

Bila seseorang lupa pada sebuah nama yang sudah dikenalnya baik dan mendapatkan kesulitan untuk mengingatnya meski sudah berusaha, maka dengan mudah muncul dugaan bahwa ia memiliki masalah dengan pemilik nama itu dan enggan memikirkan orang itu. Contohnya, Mr. Y jatuh cinta pada seorang perempuan yang tidak membalas cintanya bahkan menikah dengan Mr. X walaupun Mr. Y sudah mengenal Mr. X dan memiliki hubungan bisnis dengannya, Mr. Y selalu lupa nama rekannya itu, dan dia harus bertanya pada orang lain siapa namanya bila perlu menulis surat bisnis untuk Mr. X. jelas sekali bahwa Mr. Y ingin menghapuskan nama rekan sekaligus musuhnya yang lebih beruntung itu dari ingatannya. Sehingga Mr. Y sering mengatakan “saya tidak ingin mengingat apa pun tentang dia.”

Kasus melupakan nama secara umum disebabkan oleh perasaan untuk menentang segala ingatan yang berhubungan dengan nama itu. Bukan hanya para psikoanalis yang membenarkan pandangan itu, tetapi semua orang dalam kehidupan sehari-hari mengetahuinya namun menolak teori yang menjelaskannya. Melupakan sesuatu menjadi tindakan tercela dalam kehidupan, dan tidak ada lagi perbedaan konsepsi tentang kesalahan antara konsepsi awam dengan konsepsi dari psikoanalisis. Bayangkan seorang tuan rumah dengan mengatakan: “Apakah memang hari ini anda seharusnya datang? Saya lupa kalau meminta anda datang hari ini.”

Dari contoh diatas, kita sampai pada kesimpulan bahwa kesalahan memiliki makna dan mengakui jenis-jenis arti sesungguhnya. Dari contoh-contoh di atas, kita menemukan dua kecenderungan, yaitu pengganggu dan yang diganggu. Kecenderungan mana yang disebut pengganggu dan diganggu hanya dapat diketahui oleh yang mengatakannya, tetapi biasanya kata pengganggu biasanya melanggar norma atau etika. Terdapat beberapa karakteristik kecenderungan pengganggu, diantaranya:

  1. kecenderungan pengganggu yang diketahui oleh orang yang sedang berbicara, dan orang tersebut merasakan sebelum melakukan kesalahan.
  2. Kecenderungan pengganggu yang diketahui oleh yang sedang berbicara, tetapi tidak merasakan sebelum melakukan kesalahan
  3. Kecenderungan penggangu tidak mengetahui juga tidak merasakan sebelum melakukan kesalahan.

Orang yang melakukan kesalahan sebenarnya bersikeras untuk tidak mengucapkan ide tersebut dan ketika hal itu terjadi dia malah keseleo lidah kecenderungan yang ingin dicegah untuk diucapkan malah makin kuat, caranya dengan mengubah ekspresi fokus perhatian yang sebenarnya atau dengan mengubah ekspresi fokus perhatian yang sebenarnya atau dengan mengubah ekspresi fokus perhatian yang sebenarnya atau dengan berbaur bersama sesuatu yang dimaksud, atau dengan mengambil tempat yang seharusnya ditempati maksud yang sebenarnya.

2.3 Analisis Mimpi

Sebuah penelitian berhasil mengungkapkan bahwa gejala-gejala yang muncul pada pasien-pasien neurotik ternyata memiliki makna khusus. Hasil penelitian ini yang menjadi dasar metode terapi psikoanalisis. Dalam setiap perawatan, setiap pasien didekati secara individual. Mereka menceritakan gejala-gejala yang mereka alami. Selama masa perawatan tersebut, hampir semua pasien bercerita tentang mimpi-mimpinya. Mimpi tersebut ternyata menyimpan banyak informasi penting dengan banyak makna.

Tahun 1876, Binz menyatakan mimpi sebagai proses fisik, selalu tidak bermanfaat dan dalam banyak kasus dianggap tidak sehat, proses yang mempunyai konsepsi dunia arwah dan keabadian menempatkan diri setinggi awan di angkasa biru. Seorang pakar dari Norwegia, J. Mourly Vold menulis dua buku tebal hasil penelitian eksperimentalnya tentang mimpi (edisi terbit pada 1910 dan 1912) yang hampir seluruhnya membahas hasil perubahan posisi tungkai dan lengan.

Apakah sebenarnya mimpi? Ciri utama dari mimpi ialah kita bermimpi ketika kita tidur. Mimpi jelas merupakan kehidupan pikiran saat kita tidur, kehidupan yang menyerupai kehidupan saat kita bangun. Hanya dalam mimpi lebih sempit dan sangat berbeda. Begitulah definisi Aristoteles. Jika kita mendefinisikan satu karakteristik psikologi dari tidur, tidur ialah kondisi saat kita menolak berhubungan dengan dunia luar dan menarik diri darinya. Kita mencapai kondisi tidur dengan cara mundur dari dunia luar dan menangkal rangsangan dari sana. Bila kita lelah berhubungan dengan dunia luar, kita akan pergi tidur. Sementara bisa kita anggap hal itu sebagai langkah kembali pada eksistensi dalam kandungan ibu. Kita berusaha membawa kembali kondisi yang serupa, yaitu kehangatan, kegelapan, dan ketidakhadiran rangsangan. Bahkan beberapa orang mencapai kondisi ini dengan posisi menyerupai posisi kandungan.

Kalau kita melihat karakteristik tidur seperti itu, maka mimpi seharusnya bukan bagian dari tidur. Mungkin lebih cocok bila kita mengatakan bahwa mimpi merupakan suplemen yang tak diundang, dan kita yakin bahwa tidur tanpa mimpi ialah tidur yang terbaik. Selama tidur seharusnya tidak ada aktivitas mental, tetapi kita tidak dapat menghindarinya semua sisa aktivitas mental, dan bermimpi merupakan residunya. Lalu, mengapa kehidupan mental tidak ikut tidur? Mungkin karena ada sesuatu yang tidak akan meninggalkan pikiran untuk mencapai kedamaian. Rangsangan bertindak berdasarkan pikiran dan pikiran bergerak berdasarkan rangsangan.

Jadi, mimpi adalah sebentuk reaksi dari pikiran untuk merangsang tindakan selama tidur. Disinilah kita menemukan celah untuk memahami mimpi. Terdapat beberapa ciri umum dari mimpi diantaranya:

  1. Kita mimpi ketika kita tidur
  2. Sebagian pengalaman kita berbentuk potret visual yang bercampur dengan perasaan dan pikiran serta indra lain, sedang sebagian besar bagian dari mimpi hanya terdiri dari potret visual saja.
  3. Hampir sebagian mimpi akan terlupakan setelah bangun.
  4. Mimpi dapat dipengaruhi oleh stimulus dari luar individu, dan dari dalam individu. Stimulus yang datang dari dalam dinamakan stimulus somatik. Hubungan antara isi mimpi dengan kandung kemih atau kondisi rangsangan organ seksual ternyata sangat kuat. Berdasarkan kasus-kasus tersebut, kita tahu bahwa fungsi stimuli somatik benar-benar berfungsi karena isi mimpi bisa dianggap sebagai perluasan, perwujudan, atau interpretasi tersebut. Seorang peneliti mimpi, Scherner, (1861), mendukung pandangan bahwa mimpi berasal dari stimuli organik dan memberi sumbangan contoh-contoh mengenai hal ini. Misalnya, dalam mimpi ia melihat “dua kelompok pemuda-pemuda tampan, dengan rambut pirang dan kulit halus, mereka saling berhadapan dalam perkelahian yang sengit, mereka saling mencengkeram lawan, melepaskan cengkeraman, kembali ke tempat semula, lalu mengulangi lagi seluruh proses itu dari awal.” Interpretasi tentang dua kelompok pemuda bagaikan dua deretan gigi rahang bergemeretak setiap kali saling menyerang. Sedangkan bermimpi berjalan di jalan yang sangat panjang disebabkan keberadaan stimulus dalam usus.

Sampai di sini kita harus mengakui, stimulus internal bisa berperan dalam mimpi seperti halnya stimulus eksternal. Namun pandangan itu masih ditentang. Dalam banyak kasus mimpi, eksistensi stimulus somatik masih sulit dibuktikan. Stimulus somatik internal tidak dapat memberi penjelasan mengenai sebab-sebab mimpi. Mimpi bukan hanya menghasilkan stimulus, tetapi juga memberi tambahan, memainkannya, menyesuaikan dengan konteks lain atau bahkan mengubahnya menjadi sesuatu yang lain sama sekali. Stimulus eksternal dan internal yang terjadi hanyalah suatu bagian mimpi yang hanya terjadi sekali-kali dan tidak akan memberi penjelasan mengenai sifat-sifat mimpi.

2.3.1 Hipotesis dan Interpretasi

Freud mengajukan sebuah hipotesis “mimpi bukan fenomena yang bersifat somatik, tetapi merupakan fenomena mental.” Dalam mimpi, fenomena mental adalah ucapan dan perilaku orang yang bermimpi, tetapi mimpi orang tersebut tidak bermakna bagi kita dan kita tidak bisa memahaminya. Lalu apa yang akan dilakukan? Tanyakan saja pada yang bermimpi, karena pada dasarnya teknik penelitian psikoanalisis adalah memperluas kemungkinan seseorang menjawab permasalahannya dengan melakukan analisis secara mandiri. Berdasar asumsi tadi, maka seharusnya orang yang bermimpi mampu menginterpretasikan mimpinya sendiri. Dalam kasus ini orang yang bermimpi selalu mengatakan bahwa ia tidak mengetahui makna mimpinya. Sedang kita juga tidak memiliki apapun untuk menjelaskan padanya. Apa yang harus dilakukan kemudian? Walau bagaimanpun, sebenarnya “orang yang bermimpi itu sebenarnya mengetahui makna mimpinya”, inilah hipotesis kedua.

Lalu apa yang akan dilakukan untuk membuktikan bahwa sebenarnya orang tersebut sebenarnya tahu makna mimpinya, namun dia sendiri tidak menyadarinya? Pada 1889 demonstrasi dialukan oleh Liebault dan Bernheim di Nancy. Mereka melakukan sebuah eksperimen dimana seorang laki-laki dihipnosis kemudian diarahkan untuk mengalami pengalaman halusinatif, lalu Bernheim mendesak orang tersebut untuk mengatakan apa yang pernah yang terjadi padanya. Orang itu mengatakan tidak tahu, kemudian mulai ragu-ragu, mulai mengingat samar-samar, ingatannya makin jelas sampai akhirnya orang tersebut bisa menceritakan mimpinya selama dihipnosis tanpa kurang sedikitpun.

Jadi, kita bisa menyimpulkan berdasarkan data di atas, bahwa orang yang dihipnosis bisa mengingat semuanya. Kesimpulannya ialah orang yang dihipnosis sebenarnya sejak semula sudah mengingat sesuatu yang terjadi selama dalam hipnosis. Di sini ia melakukan “denial” secara bawah sadar yang menolak mengetahui kalau dia tahu segala yang sedang terjadi. Kasus hipnosis inilah yang akan diasumsikan sama “maknanya” dengan mimpi yang dialami seseorang.

Hal awal yang diharapkan ialah bukan ia akan menjelaskan makna mimpinya, itu sangat sulit. Namun, yang dapat kita harapkan ialah, ia dapat menemukan sumber mimpinya berasal –dari pikiran atau tujuan. Kita akan bertanya padanya bagaimana ia bisa sampai mimpi. Orang itu akan menjelaskannya dan tidak ada bedanya apakah ia merasa atau tidak mengetahui banyak tentang mimpinya. Jika ia tidak mengetahuinya, maka desaklah ia untuk menjawab, pasti ia memiliki jawabannya. Dia akan berusaha menghubungkan salah satu yang diingatnya dan mimpinya. Dia mungkin akan memberikan jawaban yang mengejutkan. Dia berkata: ada sesuatu yang terjadi kemarin, atau, mimpi itu mengingatkan saya pada sesuatu yang terjadi belakangan ini. Kita dapat melihat bahwa mimpi sering dihubungkan dengan kesan yang didapat sehari sebelumnya. Akhirnya ia akan mengingat-ingat peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini bahkan jangka waktu yang lama. Sebaliknya, seringkali ceritanya sangat tak terduga dan tidak ada hubungannya dengan yang dicari. Bagaimana jika hal tersebut terjadi? Ini bukanlah sebuah masalah pilihan, bukan sesuatu yang remeh dan bukan sesuatu yang tidak berhubungan dengan yang dicari. Saat bertanya kepada seorang sesuatu yang terlintas dalam pikirannya tentang salah satu unsur mimpinya, saya akan memintanya melepaskan diri dari proses asosiasi yang selalu menyertainya saai ia memikirkan ide pertama dari mimpinya. Banyak yang dapat mengadopsi nilai tersebut tanpa kesulitan sedangkan yang lain berusaha terlalu keras untuk melakukannya tetapi malah melihatkan yang sebaliknya. Jadi, tingkat asosiasi bebas masih cukup tinggi ketika melepaskan ide stimulus tertentu dan menjelaskan satu jenis asosiasi atau hubungan yang diinginkan. Misalnya, ketika bertanya pada seseorang untuk memberitahukan sebuah nama atau sebuah angka yang terpikir oleh yang bersangkutan.

Dengan cara seperti ini, mungkin seseorang akan mengatakan, dengan membuka kesempatan untuk memilih dan lebih sulit diperhitungkan daripada yang kita gunakan dalam teknik ini. Tetapi setiap contoh yang unik ditentukan oleh sikap dan pikiran yang dianggap penting oleh seseorang. Freud pernah merawat seorang laki-laki. Ia mengatakan padanya, daripada tidak bisa mendapatkan kebebasan untuk memilih, lebih baik ia memikirkan suatu nama yang tidak dipengaruhi situasi yang terjadi. Anehnya ia diam beberapa saat, kemudian mengatakan “Albine”. “ini aneh, benarkah anda memiliki hubungan dengan nama itu? Berapa banyak orang yang bernama Albine yang anda kenal?” dia tidak kenal siapapun yang bernama Albine. Di sini keanehannya: ia tidak memiliki hubungan dengan nama tersebut. Apakah analisis ini telah gagal? Sebenarnya analisis ini sudah lengkap dan tidak perlu dihubung-hubungkan lagi. Pemuda itu berkulit pucat dan saya sering bergurau dengan memanggilnya Albino. Saat itu Freud sedang membicarakan sisi feminin dari dirinya. Jadi ia menganggap dirinya sendirilah sang perempuan albino, seorang perempuan yang paling menarik perhatiannya saat itu. Maka dengan cara yang sama, dapat dijelaskan keberadaan irama yang tiba-tiba muncul di kepala seseorang yang disebabkan oleh serangkaian pemikiran itu memengaruhi tindakannya secara tidak sadar. Untuk mengetahui hubungan irama tersebut dengan pikiran dapat diperhatikan dari kata-kata yang diucapkan atau dari sumber kata-kata itu berasal.

Jadi, terlepas dari pikiran seseorang –hubungan dari pikiran tersebut selanjutnya akan ditentukan oleh cara tertentu yang mengikuti konteksnya masing-masing. Kita dapat menyimpulkan bahwa hubungan-hubungan yang terkait dengan sebuah stimulus juga terkait dengan sumber asalnya. Peneliti menunjukkan bahwa hubungan-hubungan itu tidak hanya terkait dengan ide stimulus tunggal yang mengikatnya, tetapi juga bergantung pada ikatan kedua, yaitu pada lingkaran pikiran dan kepentingan nilai-nilai efektif yang kuat dan kompleks pengaruhnya yang tidak diketahui sebelumnya. Kedua ikatan inilah yang disebut aktivitas unconcious.

Jadi, hubungan saling ketergantungan itu menjadi subjek penting dalam eksperimen yang telah memainkan peran besar dalam sejarah psikoanalisis. Harus kita akui, terkait atau tidaknya hubungan itu adalah sebuah faktor yang ditentukan, dan bukan faktor pilihan seperti yang kita duga sebelumnya. Ini berarti, kasus ini sama dengan hubungan unsur-unsur dalam mimpi. Namun, bukan masalah ini yang kita persoalkan. Hubungan setiap unsur dalam mimpi ditentukan oleh suatu latar belakang mental yang tidak kita ketahui, dan kita tidak bisa membuktikannya.

Dimulai dari pengganti, kita bisa sampai pada objek sebenarnya lewat serangkaian hubungan. Berdasarkan apa yang terjadi pada lupa nama, kita bisa mengasumsikan bahwa hubungan unsur mimpi bukan hanya ditentukan oleh unsur-unsur itu sendiri tetapi juga oleh pemikiran yang sebenarnya tidak disadari.

2.3.2 Isi Pikiran Manifes dan Laten

Sifat terpenting dari unsur mimpi dan pikiran yang tepat ternyata tidak berada dalam unsur itu sendiri, tetapi pada pengganti yang diketahui orang yang bermimpi, namun yang tidak dimasukinya. Sebab itu kita harus memindahkan konsepsi ini dalam kasus mimpi secara keseluruhan yang terdiri dari banyak unsur. Metode yang digunakan adlah membuka kemungkinan bagi ide-ide pengganti, yang akan bisa membantu mengungkap yang tersembunyi, dan memunculkannya dalam kesadaran lewat interaksi antara unsur-unsur tersebut.

Jadi tidak ada implikasi teoritis, yang ada didalamnya. Tidak ada pengecualian dalam penggunaan kata “bawah sadar” sebagai deskripsi yang bisa diterapkan dan mudah dipahami. Penerapan konsepsi dari unsur tunggal dalam mimpi secara keseluruhan dapat menunjukkan bahwa mimpi secara keseluruhan diganggu oleh sesuatu yang lain,sesuatu yang tidak disadari, dan tugas interpretasi mimpi ialah menemukan pikiran-pikiran bawah sadar itu. Terdapat tiga peraturan penting dalam melakukan interpretasi mimpi, ialah:

  1. Kita tidak perlu membedakan makna yang muncul dari mimpi, apakah beralasan atau absurd, jelas atau membingungkan. Sebab tak ada kasus yang menunjukkan bahwa makna tersebut adalah pikiran bawah sadar yang kita cari.
  2. Kita perlu membatasi usaha kita untuk membangkitkan ide-ide pengganti dari setiap unsur dan tidak mempertimbangkannya terlalu jauh untuk melihat apakah ide-ide itu berisi sesuatu yang sesuai dengan harapan kita. Kita juga tidak perlu mempersulit diri dengan mengikuti seberapa jauh ide-ide itu membawa kita memahami mimpi.
  3. Kita harus menunggu sampai pikiran bawah sadar yang tersembunyi muncul dengan sendirinya.

Kesimpulan sementara kita adalah, tak ada bedanya apakah kita mengingat banyak mimpi, akurat maupun tidak. Mimpi yang bisa diingat berupa substitusi, ia dimunculkan lewat ide-ide pengganti, dan memberi kita sarana pendekatan pemikiran yang tepat, serta sarana untuk membangkitkan pikiran bawah sadar yang memunculkan mimpi kedalam kesadaran. Mungkin ingatan kita salah, namun apa yang terjadi menunjukkan bahwa distorsi penggangu telah terjadi dan distorsi itu sendiri pasti membawa motivasi tertentu.

Ketika kita mencoba melakukan analisis mimpi pada diri kita sendiri, kita cenderung bersifat selektif bahkan menolak setiap hubungan. Kita bisa berpikir, “hubungan ini terlalu menyedihkan, saya tidak bisa meneruskan. Saya tidak akan memberitahukan dia.” Keberatan-keberatan ini jelas mengancam keberhasilan penelitian ini. Ketika kita menafsirkan mimpi sendiri kita harus menghindari keberatan-keberatan. Ketika kita menafsirkan mimpi orang lain, kita harus menerapkan aturan keras agar orang itu tidak menyembunyikan hubungan apapun, walaupun dia mengucapkan kata-kata yang terlalu remeh, terlalu kabur, tidak relevan, atau tidak menyenangkan untuk dibicarakan. Justru hubungan-hubungan tertentu yang ingin disembunyikan terbukti tanpa ada pengecualian merupakan hubungan-hubungan terpenting dan sangat menentukan untuk menemukan pikiran bawah sadar. Sebab itu hubungan-hubungan yang dengan sengaja ditutupi, perlu mendapat perhatian khusus.

Awalnya kita menduga sejumlah hubungan bervariasi sesuai dengan variasi kekuatan penolakan dan mungkin anggapa itu benar. Bila penolakan yang kuat diperlihatkan, maka akan banyak distorsi yang terjadi dan menyimpang dari pikiran bawah sadar.

  1. Seorang perempuan bermimpi saat ia masih bocah, sering bermimpi Tuhan mengenakan topi kertas runcing dikepalanya

Bagaimana anda bisa memahami mimpi tanpa bantuan yang mengalaminya. Mimpi seperti itu terlihat tidak masuk akal, tetapi lenyap ketika perempuan itu berkata, saat masih kecil dia memiliki topi seperti itu. Topi itu sering dipasang dalam-dalam dikepalanya saat keluarganya makan bersama, karena dia selalu melihat piring kakak-kakaknya untuk melihat apakah mereka diberi makanan yang lebih banyak daripada dia. Topi itu berguna untuk menutup mata orang suka melirik kiri kanan. Sepotong informasi bersejarah diceritakannya tanpa kesulitan. Perempuan itu menceritakan hubungan yang lain: “saya tahu Tuhan mengetahui segalanya dan melihat segalanya. Jadi mimpi itu bermakna sama, saya bisa mengetahui dan melihat segala sesuatu seperti Tuhan, walaupun kakak-kakak saya berusaha menutupi.”

  1. seorang pasien bermimpi: beberapa anggota keluarganya duduk di meja yang berbentuk sangat unik…meja itu mengingatkannya pada sebuah meja yang pernah dilihatnya ketika mengunjungi keluarganya. Dalam keluarga yang dikunjunginya hubungan antara ayah dan anak sangat aneh, dan dia menambahkan bahwa hubungan dengan ayahnya kurang lebih sama. Jadi meja itu muncul sebagai indikasi adanya persamaan diantara mereka.

Kita mungkin heran bagaimana orang itu memilih menja untuk mengungkapkan pemikiran “hubungan kami setara dengan hubungan mereka.” Mungkin anda akan lebih heran ketika mengetahui nama keluarga orang itu adalah “Tischler” (Tisch artinya meja). Dengan mengambil hubungan yang terjadi di meja makan berarti orang itu dan semua hadir dengan bernama “Tischler”. Hal ini berarti bahwa menghubungkan tafsir mimpi dengan peristiwa itu bisa menyebabkan ketidaktelitian. Di sini anda menemui kesulitan seperti yang telah saya singgung sebelumnya dalam memilih contoh.

Terdapat dua istiah baru, yaitu isi mimpi yang bersifat manifes dan makna laten. Dalam contoh a unsur manifes mimpi menjadi bagaian integral dari pikiran laten, meski hanya sebagai bagian yang kecil. Dalam contoh b kita melihat lebih banyak kemungkinan hubungan antara isi yang manifes dan pikiran laten.

  1. Seorang bermimpi menarik seorang gadis dari sekelompok gadis remaja. Orang itu mengatakan makna mimpi yang direka-rekanya adalah mengajak gadis itu berkencan karena dia menyukainya diantara gadis-gadis lain dalam kelompok itu.
  2. Seorang bermimpi saudara laki-lakinya menggali kebunnya. Orang itu menghubungkan mimpinya dengan dua hal. Pertama, dengan galian yang dalam untuk sayurnya. Kedua, saudaranya sedang berhemat dan mengurangi pengeluarannya.
  3. Seseorang bermimpi mendaki gunung, dan bisa melihat pemandangan yang luas tak terbatas saat berada di atas. Mimpi ini sangat masuk akal. Penefsiran tampaknya tidak diperlukan lagi, yang diperlukan ialah mencari ingatan yang melatarbelakangi dan yang menyebabkan mimpi itu terjadi. Bagaimana jika orang itu tidak pernah mendaki gunung? Ia hanya membaca dari artikel-artikel dari majalah. Jadi ada pikiran laten dalam diri orang yang bermimpi itu, ia mengidentifikasikan dirinya dengan orang yang bercerita dalam artikel itu.

Dalam kasus ini kita menemukan tipe baru hubungan antara unsur manifes dan laten. Unsur manifes bukan menjadi penggangu bagi unsur laten. Ketika dalam banyak kasus kita menemukan gambar visual lebih banyak daripada pikiran dan kata-kata-, kita akan menyadari bahwa jenis hubungan antara gambar manifes dan pikiran laten mempunyai arti penting dalam struktur mimpi. Hubungan antara unsur manifes dan laten bukan hubungan yang sederhana. Hubungan keduanya meruoakan hubungan antara dua kelompok yang berbeda, sehingga unsur manifes bisa mewakili beberapa pikiran laten atau pikiran laten bisa digantikan oleh beberapa unsur manifes.

Terdapat dua fungsi utama dari mimpi, ialah:

  1. Melindungi tidur dari pengaruh stimulus luar, internal maupun eksternal. Mimpi sekali-kali mucul karena dorongan kebutuhan fisik, seperti hasrat seksual, haus dan lapar. Mimpi itu juga merupakan pemenuhan keinginan sebagai reaksi stimulus somatik internal.
  2. Berusaha memuaskan stimulus mental. Mimpi ialah aktivitas mental yang kaya dengan makna. Mimpi mempunyai dua karakteristik uatama, yaitu pemenuhan keinginan dan pengalaman halusinatif.

Mimpi yang mendapat perhatian khusus ialah mimpi yang berisi pemuasan terhadap hasrat seksual. Tingkat ketergantungan pada objek tidak terlalu besar seperti pada kelaparan dan kehausan. Kepuasan dalam mimpi seperti itu cukup nyata kerena mungkin ada kesulitan dalam berhubungan dengan objek.

2.3.3 Sensor terhadap Mimpi

Terdapat beberapa tipe mimpi, diantaranya mimpi yang isinya telah digantikan oleh unsur unusr pengganggu. Mimpi yang terdistorsi tampak aneh dan tidak dapat dibandingkan. Terdapat beberapa hal yang harus diketahui, pertama dari mana asalnya? Kedua, apa yang dilakukannya? Dan bagaimana melakukannya?

Terdapat sebuah mimpi yang dicatat oleh seorang psikoanalis muda, Dr. Von Hug-Hellmuth, yang dialami oleh seorang perempuan tua yang sangat sopan dan menghargai orang lain. Perempuan itu bermimpi tentang “pelayan cinta pada masa perang”. Dia pergi ke RS Umum Militer dan berkata pada penjaga pintu gerbang bahwa ia ingin berbicara dengan dokter kepala (tidak menyebutkan nama), karena ia ingin menawarkan pelayanannya di rumah sakit itu. Karena sudah tua, penjanga itu enggan memprsilahkan masuk. Setelah akhirnya diperbolehkan, perempuan itu malah memasuki ruangan besar remang-remang dimana sejumlah prajurit dan dokter sedang duduk di sekita meja. Perempuan itu berpaling pada seorang dokter, dan dokter itu segera mengerti. Ia berkata “aku dan perempuan lain di Wina yang tak terhitung jumlahnya siap menyerahkan diri pada prajurit, perwira atau laki-laki…(bergumam), saya tahu keputusan saya ganjil, tapi kami memahami”, lalu seorang dokter merangkul pinggangnya dan berkata “Nyonya, bila memang harus … (gumam)” perempuan itu melepaskan rangkulannya dan berkata “astaga saya hanya perempuan tua, perempuan tua dan muda tidak boleh… (gumam), karena akan sangat mengerikan.” Dokter itu menjawab “saya mengerti”

Hal yang paling menarik dari mimpi itu adalah banyaknya keksosongan , bukan dalam mengingatnya tetapi pada isinya. Ada tiga tempat yang hilang, saat pembicaraan disela oleg gumaman. Ada indikasi bahwa kata-kata “pelayan cinta” , menunjukkan adanya modek fantasi seksual yang berani, tetapi mimpi itu tidak menunjukkan apapun tentang itu, justru gumanan tadi merupakan hal penting yang sehingga ditutup-tutupi.

Terdapat beberapa mekanisme yang menyebabakan terjadinya distorsi pikiran laten dan manifes, yaitu dengan penyensoran mimpi. Dengan mekanisme:

  1. Setiap ada kekosongan dalam isi mimpi, maka penyensoranlah yang menjadi penyebabnya. Penyensoran jarang tampak pada contoh mimpi diatas.
  2. Sensor lebih sering muncul dengan modifikasi, penyamaran, atau ungkapan yang menyembunyikan maksud sebenarnya.
  3. Perubahan aksen dan pengelompokan unsur mimpi, dimana tidak ada unsur sentral pikiran mimpi yang muncul sebagai isi manifes. Ini menyebabkan keterkejutan sehingga orang tersebut enggan mengakui mimpi itu sebagai hasil pikirannya sendiri.

Usaha penetrasi dari unsur mimpi yang disubsitusikan pada pikiran bawah sadar telah mendapat penghalang. Kekuatan penghalang itu bervariasi, besar atau sangat kecil. Pada penghalang besar, kita harus menelusuri semua rangkaian hubungan, yang membawa kita pada ide awal. Kecenderungan untuk menyensor ialah kecenderungan yang diketahui lewat penilaian oleh orang yang bermimpi saat dalam keadaan bangun dan orang itu merasakan dirinya berada dalam pengaruh kecenderungan tersebut.

Mimpi diatas, walau belum diinterpretasi sudah membuat wanita itu terpukul. Sikap mengkritik perempuan itu yang menyebabkan bagian ofensof dalam mimpi digantikan oleh gumaman yang tak jelas karena berlangsungnya penyensoran. Keinginan yang tersensor, diekspresikan dalam bentuk distorsi merupakan manifestasi ego yang menyamarkan diri dalam manifes mimpi. Ego yang terlepas dari moral dan etika, akan memuaskan semua dorongan yang ditekan ketika terdasar. Itulah yang menjadi dasar bagi munculnya mimpi. Penyensoran yang ketat justru akan menyebabkan distorsi bertambah rumit, sehingga norma masih berperan dalam mimpi tersebut.

2.3.4 Simbolisme

Selain penyensoran, terdapat beberapa sebab terjadinya distorsi mimpi, yaitu simbolisme. Simbolisme merupakan hubungan konstan antara unsur mimpi dan penerjemahannya sebagai hubungan simbolik, dan unsur mimpi itu sendiri adakah simbol pikiran bawah sadar dari mimpi. Keberadaan hubungan antara simbol dan ide yang disimbolkan bukan hubungan tetap. Tetapi simbol memungkinkan kita menginterpretasikan mimpi tanpa harus mengajukan pertamnyaan pada orang yang mengalami mimpi yang kadang-kadang tidak mengetahui tentang simbol tersebut.

Bila simbol yang muncul telah diketahui, maka kepribadian, kondisi hidupnya, dan kesan pikirannya akan mudah diketahui. Beberapa hal yang menunjukkan mengenai simbolisme diantaranya:

  1. Sebuah rumah mewakili dari tubuh manusia secara keseluruhan. Bila tembok-temboknya polos, rumah itu berarti seorang laki-laki, tetapi bila adan jendela bahkan pegangan pada tangga, maka rumah itu melambangkan perempuan
  2. Raja/ ratu, kaisar, pemaisuri, figur otoritas menyimbolkan orang tua. Anak/saudara diperlakukan tidak sehormat pada orangtua, disimbolkan sebagai hewan-hewan kecil yang mengganggu.
  3. Kelahiran mengacu pada air, bisa jatuh ke air atau keluar dari air, menyelamatkan atau diselamatkan ketika tenggelam berarti hubungan antara ibu dan anak.
  4. Kematian dilambangkan dengan sebuah perjalan dengan kereta api, seputar kematian diindikasikan dengan hal yang samar, misalnya perumpamaan yang menakutkan
  5. Baju dan seragam bermakna ketelanjangan
  6. Alat kelamin laki-laki disimbolkan dengan nomer 3 yang merupakan simbol seluruh organ laki-laki. Penis disimbolkan dengan objek yang mendekati bentuk aslinya, panjang dan tegak, misalnya tongkat, payung, pohon, dan sejenisnya. Atau juga disimbolkan dengan objek lain yang bisa dipenetrasi dan menimbulkan luka, seperti senjata tajam, pisau, belati, lembing, atau pedang, dan pistol.

Mimpi seorang gadis muda ialah dikejar-kejar seorang laki-alaki dengan bersenjatakan pisau atau senapan. Interpretasinya ialah?

  1. Pengganti organ laki-laki digambarkan juga oleh keran air, air atau air mancur, atau benda yang dapat memanjang, misalnya lampu, pulpen yang dimasukkan/dikeluarkan dari sarungnya. Pensil, pena, pengikir kuku, merupakan simbol penis karena peka terhadap rangsangan.
  2. Ereksi disimbolkan dengan benda yang melawan grafitasi, seperti balon, pesawat, atau balon udara. Mimpi mengibaratkan organ seksual dalam bentuk manusia keseluruan, jadi orang itu bermimpi sedang terbang.
  3. Alat kelamin perempuan disimbolkan oleh semua objek yang berupa ruang tertutup atau suatu wadah, misalnya terowongan, lembah dan gua, guci, botol, kotak, lemari, peti, kantong, kapal. Uterus dilambangkan seperti lemari makanan, kompor, dan ruangan. Simbolisme ruangan berhubungan dengan rumah, sedang pintu dan gerbang melambangkan alat kelamin yang membuka. Keong dan remis, meja dan buku merupakan simbol wanita. Bibir juga melupakan lambang vagina yang membuka.
  4. Buah dada dilambangkan dengan apel, persik, buah secara umum
  5. Rambut kemaluan laki-laki dilambangkan dengan hutan dan semak belukar
  6. Topografi organ seksual perempuan dilambangkan dataran berbatu, berhutan-hutan, kubangan-kubangan air. Sedangan alat kelamin laki-laki disimbolkan dengan semua jenis mesin yang canggih dan rumit pengoperasiannya.
  7. Kotak perhiasan dikenal sebagai organ seksual wanita, sementara perhiasannya ialah orang yang dikasihi.
  8. Kepuasan seksual yang didapat dengan memainkan alat kelamin diindikasi dengan mimpi sedang memainkan sesuatu, piano misalnya.
  9. Simbol onani dapat berupa tindakan meluncurkan sesuatu, tergelincir, atau mencabut suatu batang pohon. Gigi tanggal atau tercaut merupakan lambang hukuman darti onani.
  10. Hubungan seksual disimbolkan dengan aktivitas yang memiliki irama, seperti manari, menunggang kuda, memanjat, atau tertabrak, sampai penodongan.

2.3.5 Mekanisme Mimpi

Terdapat beberapa cara yang berjalan dalam mekanisme mimpi. Proses transformasi mimpi laten menjadi mimpi manifes disebut “kerja mimpi”, dan proses sebaliknya dinamakan “interpretasi mimpi”.

Beberapa cara kerja mimpi ialah:

  1. kondensasi, artinya isi mimpi manifes lebih kaya dari pikiran laten. Cara kerja kondensasi ialah

- beberapa unsur laten dihilangkan bersamaan.

- Dari banyak mimpi laten, hanya sedikit yang menjadi mimpi manifes

- Unsur laten memiliki karakteristik sama dengan menifes sehingga melebur secara menyeluruh.

Contohnya ialah ketika kita bermimpi A, berpakaian seperti B, memiliki pekerjaan C, dan mengenalnya sebagai D.

  1. Transferensi. Transferensi memiliki dua bentuk:

- unsur laten bisa digantikan bukan oleh bagian unsur itu sendiri, tetapi unsur yang bersifatr kiasan

- pusat perhatian bisa dipindahkan dari unsur penting ke yang tidak penting.

  1. Transformasi pikiran menjadi gambare visual.

2.3.6 Analisis Isi Mimpi

  1. suatu mimpi yang hanya berisi dua gambaran singkat, pertama, paman orang yang bermimpi sedang merokok walaupun saat itu hari sabtu, kedua seorang laki-laki bermimpi sedang digendong dan dibelai seorang perempuan seolah-olah dia adalah anaknya.

Pada gambar yang pertama orang yang bermimpi mengatakan bahwa pamannya adalah seorang yang alim, tidak pernah melakukan dosa apalagi meroko di hari sabtu. Sedangkan gambar kedua tidak bisa dihubungkan dengan orang lain, kecuali dengan ibunya sendiri. Hubungan ini tercapai bila menggunakan kata “bila”. “bila pamanku meroko di hari sabbath, maka saya sendiri pasti diizinkan agar ibu menggendong saya sepeti itu.” Jadi digendong ibu adalah hal yang terlarang seperti merokok di hari Sabbath.

  1. Saya sedang naik sepeda menuruni jalan di Tubingen, ketika seekor anjing berlari mengikuti saya dan salah satu sepatu saya digigit dan dibawanya lari. Saya berhasil mengejarnya setelah beberapa saat, lalu turun dari sepeda, duduk di anak tangga berusaha merebut kembali sepatu. Anjing itu menggigit saya dan seluruh mimpi membawa perasaan tidak menyenangkan. Dua perempuan tua yang duduk disebrang jalan menatap sambil tersenyum.

Sulit jika kita menggunakan simbolisme, tapi ia bercerita “ia telah jatuh cinta pada seorang gadis yang dilihatnya dijalan. Ia tidak memiliki cara untuk berkenalan. Seharusnya ia mendapatkannya melalui anjingnya.” Sekarang kita tahu gadis itu dihilangkan dari mimpi manifes dan yang ada anjingnya yang bagus. Mungkin dua perempuan itu melambangkan gadis yang dicintainya.

  1. Ayah saya telah meninggal, namun makamnya digali lagi dan dia hidup lagi dengan wajah pucat pasi seperti orang yang menderita sakit. Saya sudah berusaha agar ia tidak menyadari wajahnya yang pucat.

Ayahnya memang sudah lama meninggal. Hanya setelah mengadiri pemakaman, ia ke dokter gigi untuk dicabut, mungkin kata mencabut berhubungan dengan penggalian makam, katanya. Inilah satu contoh kondensasi. Ternyata ayahnya sudah lama sakit parah dan lama dengan biaya yang besar. Ia mengidentifikasi gigi dengan ayahnya. Ia ingin menyembuhkan sakit giginya dengan mencabutnya sendiri. Hal tersebut juga sama dengan keinginan merawat ayahnya tapi dengan biaya yang murah. Dua situasi ini bertahap mendorongnya mempunyai perasaan yang sama terhadap ayahnya dan giginya yang sakit. Ia berharap kematian akan segera datang untuk mempercepat penghentian penderitaan ayahnya.

  1. Gadis itu menyaksikan terjadinya sebuah lubang dalam di kebun anggur yang disebabkan oleh tumbangnya sebuah pohon

Penjelasan tentang mimpi ini ialah “pohonnya tak nampak.” Yang berarti ia tidak melihat pohon tumbang dalam mimpinya. Namun mimpi itu mengacu pada anggapan gadis kecil tentang alat kelamin, bahwa gadis memiliki alat kelamin yang sama dengan laki-laki, hanya saja organ ini (pohon tumbang) dihilangkan.

  1. Sang gadis berdiri di depan laci meja tulisnya yang dia kenal baik, sehingga apabila ada yang menyentuhnya ia mengetahuinya. Laci meja itu, seperti semua laci, lemari dan kotak, dalah lambang alat kelamin perempuan.dia tahu, bila teradi hubungan seksual, maka alat kelamin akan mengalami perubahan dia takut hal seperti itu terjadi padanya.
  2. Sepasang suami istri yang saling mencintai tidur bersama, istrinya bermimpi “muncul seorang polisi dengan topi merah mengejarnya di jalan. Dia berusaha melepaskan diri dengan naik tangga tetapi polisi itu terus mengejar. Dengan terengah-engah, dia sampai dikamarnya dan segera menguncinya. Polisi itu berada diluar, duduk dan sambil menangis.

Pengejaran yang terengah-engah karena naik tangga mengingatkannya pada aktivitas seksual. Menutup pintu ialah kebalikan dari laki-laki itu yang mengakhiri terlebih dahulu aktivitas seksualnya, dan menangis itu pembalikan dari perempuan yang merasa tidak puas. Air mata ialah sperma yang dikeluarkan terlalu awal.

  1. Seorang bertemu saudara perempuannya bersama-sama dua teman perempuannya juga yang bersaudara. Ia menjabat tangan dua perempuan itu, tetapi tidak berjabat tangan dengan saudaranya

Mimpi itu dihubungkan dengan keinginantahuannya di masa lalu karena payudara para gadis sangat lambat berkembang. Jadi dua perempuan bersaudara itu adalah simbol dua payudara yang ingin disentuhnya, tetapi sayangnya keduanya adalah payudara saudaranya sendiri.

  1. Seorang laki-laki tidak dikenal memberi sebuah kartu dengan warna hitam disekelilingnya sebagai katu pengenal bagi pengunjung pada orang yang bermimpi, merupakan mimpi yang tentang kematian.